Selasa, 26 Desember 2023

Syafiq Bocah Aneh: Di siang bolong menggelar kasur tidur pinggir jalan


Di sebuah desa kecil yang dipenuhi tawa dan ceria, hiduplah seorang bocah kecil berusia empat tahun bernama Syafiq. Dikenal sebagai anak ketiga di keluarga bahagia, Syafiq memiliki pesona yang tak tertandingi. Wajahnya yang lucu dan tingkah polahnya yang unik selalu menjadi sumber kebahagiaan bagi semua orang di sekitarnya.


Suatu hari, ketika matahari bersinar terang, Syafiq dengan ceria menggulung kasurnya dan meletakkannya di pinggir jalan. Sambil tersenyum manis, dia kemudian terbaring di atasnya, menikmati sinar matahari yang hangat. Kejadian ini selalu membuat tetangga dan orang-orang lewat terheran-heran, namun juga tertawa melihat keberanian dan keunikan anak kecil itu.


Namun, keanehan Syafiq tidak berhenti di situ. Anak yang satu ini memiliki hubungan ajaib dengan para ayam di halaman rumahnya. Setiap kali Syafiq mendekat, para ayam itu seolah-olah tunduk patuh kepadanya. Bahkan, ada satu cerita menarik ketika Syafiq memberikan nama-nama kocak untuk setiap ayam, dan sungguh, ayam-ayam itu seakan mengerti panggilan namanya.


Suatu pagi, ketika matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya, Syafiq keluar rumah dengan langkah riang. Di kepalanya, dia memakai topi yang terlalu besar, membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Rupanya, hari itu adalah hari spesial bagi ayam-ayam kesayangannya. Dia mengajak mereka berdansa di halaman belakang rumah, dan tak disangka, para ayam itu dengan lincah mengikuti langkah-langkah unik Syafiq.


Cerita tentang anak kecil yang suka tidur di pinggir jalan, memiliki kasur dan ayam-ayam kesayangan yang selalu setia mendampinginya, menjadi pembicaraan hangat di desa itu. Syafiq, dengan kepolosannya, telah berhasil menciptakan kebahagiaan di setiap sudut desa, memperlihatkan bahwa keunikan bisa menjadi sumber kegembiraan bagi semua orang.

Rabu, 20 Desember 2023

Zainuddin dan Zulva: Benih cinta yang bersemi ditepi sunyi


Zainuddin dan Zulva adalah dua orang muda yang berdedikasi untuk berdakwah di daerah pedalaman. Mereka bertemu di sebuah pesantren yang menjadi basis mereka untuk menyebarkan ajaran Islam yang moderat dan toleran. Zainuddin adalah seorang lulusan sarjana syariah yang cerdas dan berwawasan luas, sedangkan Zulva adalah seorang guru ngaji yang cantik dan berhati mulia. Keduanya memiliki cita-cita yang sama, yaitu mengabdi kepada Allah dan umat-Nya.


Suatu hari, mereka mendapat tugas untuk mengunjungi sebuah desa yang terpencil dan belum tersentuh oleh agama Islam. Mereka berdua berangkat dengan mengendarai sepeda motor, membawa perlengkapan dan bahan ajar yang sederhana. Di tengah perjalanan, mereka mengalami banyak rintangan dan tantangan, seperti jalan yang rusak, hujan deras, ban bocor, dan bahkan serangan dari kelompok radikal yang tidak suka dengan dakwah mereka. Namun, mereka tidak pernah menyerah dan selalu bersabar dan berdoa.


Di desa tujuan, mereka disambut dengan hangat oleh penduduk setempat, yang mayoritas beragama Hindu. Mereka berusaha untuk berbaur dan bersahabat dengan mereka, tanpa memaksakan keyakinan mereka. Mereka mengajarkan nilai-nilai Islam yang universal, seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan persaudaraan. Mereka juga belajar banyak dari kearifan lokal dan budaya desa tersebut, yang menghormati alam dan sesama makhluk hidup.


Lama-kelamaan, Zainuddin dan Zulva mulai merasakan ada benih-benih cinta yang tumbuh di antara mereka. Mereka saling mengagumi dan menghormati satu sama lain, karena melihat kebaikan dan ketulusan yang ada di hati mereka. Mereka juga saling mendukung dan menyemangati, karena menghadapi berbagai kesulitan dan godaan bersama-sama. Namun, mereka tidak berani mengungkapkan perasaan mereka, karena takut melanggar batas-batas syariat dan etika.


Suatu malam, ketika mereka sedang menginap di rumah salah satu warga desa, mereka mendapat kabar bahwa ada sebuah bencana alam yang melanda pesantren mereka. Sebuah tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat telah menghancurkan sebagian besar bangunan dan fasilitas pesantren, dan menewaskan beberapa santri dan pengajar. Mereka sangat terpukul dan sedih mendengar berita itu, dan merasa bersalah karena tidak bisa berada di sana untuk membantu.


Zainuddin dan Zulva memutuskan untuk segera kembali ke pesantren, meskipun mereka belum selesai dengan tugas dakwah mereka. Mereka berpamitan dengan warga desa, yang mengucapkan terima kasih dan doa untuk mereka. Mereka berjanji akan kembali lagi suatu hari nanti, untuk melanjutkan misi mereka.


Di perjalanan pulang, mereka berdua saling berpegangan tangan, dan saling menatap mata. Mereka menyadari bahwa ini mungkin adalah kesempatan terakhir mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka, sebelum mereka kembali ke kenyataan yang pahit. Mereka pun saling mengucapkan kata-kata cinta yang lama terpendam, dengan penuh haru dan hikmah.


"Zulva, aku mencintaimu karena Allah. Aku mencintaimu karena engkau adalah seorang wanita yang sholehah, yang selalu taat kepada-Nya dan berbuat baik kepada sesama. Aku mencintaimu karena engkau adalah teman sejatiku, yang selalu ada di sisiku dan membantuku dalam dakwah. Aku mencintaimu karena engkau adalah jodohku, yang telah ditakdirkan oleh-Nya untukku."


"Zainuddin, aku juga mencintaimu karena Allah. Aku mencintaimu karena engkau adalah seorang pria yang sholeh, yang selalu berilmu dan beramal untuk-Nya dan umat-Nya. Aku mencintaimu karena engkau adalah guru terbaikku, yang selalu mengajarkanku tentang Islam dan kehidupan. Aku mencintaimu karena engkau adalah imamku, yang akan membimbingku menuju surga-Nya."


Mereka pun berdoa bersama, memohon kepada Allah untuk meridhoi cinta mereka, dan memberi mereka kekuatan dan kesabaran untuk menghadapi segala cobaan. Mereka juga berharap, bahwa suatu hari nanti, mereka akan dipersatukan kembali dalam ikatan pernikahan yang halal dan berkah, dan dapat melanjutkan dakwah mereka bersama-sama, hingga akhir hayat mereka.


Akhirnya, mereka tiba di pesantren, dan disambut oleh pemandangan yang menyedihkan. Mereka melihat reruntuhan bangunan, mayat-mayat santri, dan tangisan para pengurus dan pengajar. Mereka pun ikut menangis dan berduka, dan membantu proses evakuasi dan pemakaman. Mereka juga menghibur dan memberi semangat kepada para korban yang selamat, dan berjanji akan membangun kembali pesantren tersebut.


Di tengah kesedihan dan keputusasaan, mereka masih bersyukur kepada Allah, karena masih diberi kesempatan untuk hidup dan bertemu dengan cinta sejati mereka. Mereka yakin, bahwa cinta mereka adalah cinta yang suci dan mulia, yang tidak akan pernah pudar oleh waktu dan takdir. Mereka juga yakin, bahwa cinta mereka adalah cinta yang berdakwah, yang tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk Allah dan umat-Nya.


Selasa, 19 Desember 2023

Zaida dan Guys: Petualangan ke Kastil Tersembunyi

 


Zaida, dengan Guys si harimau berjalan melintasi hutan tebal yang hijau dan subur. Mereka mencari "Kastil Tersembunyi" yang konon menyimpan harta karun tak terhingga. Zaida, dengan pedangnya yang tajam dan Guys dengan cakar-cakarnya yang kuat, menghadapi rintangan demi rintangan.

Suatu hari, mereka bertemu dengan monyet jahil yang mencuri peta harta karun mereka. Guys mencoba mengejar monyet itu namun selalu berhasil lolos. Monyet itu bukan hanya cepat tapi juga sangat licik! Zaida dan Guys harus bekerja sama untuk mengalahkan monyet jahil itu dalam sebuah permainan teka-teki.

Setelah berhasil mendapatkan kembali peta mereka, petualangan seru mereka berlanjut. Mereka melewati sungai deras, menjelajahi gua misterius dan bahkan bertemu dengan naga! Namun di setiap rintangan, kecerdasan Zaida dan keberanian Guys selalu membuat mereka lolos dari bahaya.

Di tengah petualangan mereka menemukan kastil megah tersembunyi di balik air terjun besar. Harta karun atau bahaya? Petualangan seru Zaida dan Guys baru saja dimulai!


Kamis, 14 Desember 2023

MONAS Dalam bingkai kisah Pengelana



Jakarta 1995- 28 tahun yang lalu, aku berdiri dengan gontai di depan Monas, Jakarta. Hari itu, setelah lulus SLTA, kota ini menjadi saksi bisu perjuanganku. Jakarta begitu keras, tapi aku harus menopang kehidupan yang baru saja kujalani.


Dengan ransel yang ringkih di pundak, aku merentangkan langkahku melalui gemerlap ibu kota. Pekerjaan sederhana menjadi penyelamatku, meski harus beradu dengan kesulitan. Tapi, setiap tantangan adalah penguat karakterku.


Foto jadul itu merekam senyum kelelahan dan mata yang penuh semangat beberapa bendera di belakangku, mengibaratkan tekadku mengarungi kehidupan. Monas dan Patung kuda, sebagai latar belakang, memberikan kekuatan, mengingatkan bahwa aku adalah bagian dari kisah besar ini.


Kisah kenangan itu bukan hanya tentang gontai dan kesulitan, tapi tentang semangat juang yang tak pernah pudar. Aku, pendukung penguat dalam cerita ini, terus melangkah, mengukir perjalanan hidup di kanvas Jakarta yang penuh warna.

Dalam perjalanan panjang itu, Jakarta mengajarkanku arti solidaritas dan keuletan. Berbagai rintangan hadir sebagai ujian, tapi aku tak pernah menyerah. Keramaian jalanan ibu kota menjadi simfoni yang mengiringi langkahku, dan setiap sudutnya menjadi kisah tersendiri.


Pekerjaan sederhana membawaku ke tempat-tempat baru, dari pasar tradisional hingga gedung pencakar langit. Setiap sudut Jakarta menjadi saksi bisu perubahan diriku. Dan Monas, sebagai penjaga setia, menyaksikan perjalanan dari gontai hingga berdiri tegak.


Tidak lupa pada teman-teman seperjuangan yang menjadi penguat dalam kehidupan ini. Bersama-sama, kami mengatasi badai dan merayakan keberhasilan kecil. Foto jadul itu bukan sekadar gambar, melainkan kapsul waktu yang mengingatkan akan perjalanan yang telah kami lalui.


Meski waktu telah berlalu, semangat itu masih tetap menyala. Kisah kenangan di Monas menjadi perekat pengalaman hidup yang tak terlupakan. Jakarta, dengan segala lika-likunya, telah membentuk karakterku. Aku, yang dulu berdiri dengan gontai, kini melangkah dengan keyakinan dan pengalaman yang tak ternilai.

Rabu, 13 Desember 2023

SI PETUALANG RIMBA

Dalam hutan yang hijau dan rimbun, seorang petualang muda dengan ransel besar di punggungnya berjalan menyusuri jalur setapak. Dia mengenakan syal biru dan gelang warna-warni yang melingkar di pergelangan tangannya. Peta terbuka lebar di tangannya, meski kadang-kadang dia merasa lebih seru tersesat dan menemukan jalan sendiri kembali.


"Aha! Hari ini adalah hari yang sempurna untuk petualangan!" serunya dengan semangat.


Dia melompati batang pohon yang tumbang, berlari melewati semak-semak, dan sesekali berhenti untuk mengagumi keindahan alam. Setiap dedaunan yang gemericik, setiap binatang kecil yang berlarian, semuanya menjadi bagian dari cerita petualangan epiknya.


"Hmm, seharusnya ada jembatan gantung di sekitar sini," gumamnya sambil memeriksa peta. Tapi siapa sangka, peta itu malah menunjukkan bahwa dia berada di tengah lautan! "Wah, sepertinya aku harus belajar lebih baik membaca peta," keluhnya sambil tertawa.


Namun, tiba-tiba dia melihat seekor monyet yang sedang duduk di atas pohon. Monyet itu menatapnya dengan tatapan tajam dan berkata, "Hai, apa kabar? Apa yang sedang kamu lakukan di sini?"


Petualang muda itu terkejut dan tidak tahu harus berkata apa. "Eh, halo. Saya sedang mencari jalan keluar dari hutan ini," jawabnya.


Monyet itu tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, kamu benar-benar lucu! Kamu tahu, kamu tidak akan pernah menemukan jalan keluar dari hutan ini. Hutan ini adalah rumahku, dan aku adalah raja di sini!"


Petualang muda itu terkejut dan tidak tahu harus berkata apa lagi. Tapi kemudian dia tersenyum dan berkata, "Oh, begitu ya? Kalau begitu, saya akan menjadi pengawalmu yang setia dan membantumu menjaga hutan ini!"


Monyet itu terkejut dan tidak tahu harus berkata apa. Tapi kemudian dia tersenyum dan berkata, "Hahaha, kamu benar-benar lucu! Kamu tahu, kamu adalah orang pertama yang pernah menawarkan diri untuk menjadi pengawalku. Kamu pasti akan menjadi pengawal yang hebat!"


Dan begitulah petualang muda itu menjadi pengawal monyet raja di hutan yang hijau dan rimbun itu. Setiap hari, mereka menjaga hutan itu dari ancaman para pemburu dan pencuri kayu. Dan setiap malam, mereka duduk di bawah pohon besar dan bercerita tentang petualangan-petualangan mereka yang epik dan lucu.


Semua binatang di hutan itu bahagia dan merasa aman, karena mereka tahu bahwa mereka dilindungi oleh petualang muda dan monyet raja yang hebat itu.


Cerita ini mungkin tidak terlalu lucu, tapi saya harap cerita ini dapat menghibur Anda. Terima kasih telah membaca sampai selesai😊

Syafiq dan Risma



Syafiq dan Risma adalah dua murid yang belajar di sebuah lembaga pendidikan anak usia dini. Mereka selalu bersama dan saling membantu satu sama lain dalam belajar. Syafiq adalah seorang anak yang cerdas dan rajin belajar, sedangkan Risma adalah anak yang ceria dan suka bermain.

Suatu hari, Syafiq dan Risma sedang bermain di taman sekolah. Tiba-tiba, mereka melihat seekor burung hantu yang terjebak di dalam jaring-jaring yang terpasang di taman. Mereka berdua merasa kasihan dan ingin membantu burung hantu itu.



Syafiq dan Risma berusaha untuk melepaskan burung hantu tersebut dari jaring-jaring. Setelah beberapa saat, mereka berhasil melepaskan burung hantu tersebut dan burung hantu itu terbang bebas ke langit.

Keesokan harinya, Syafiq dan Risma mendapat penghargaan dari kepala sekolah karena telah menolong burung hantu tersebut. Mereka merasa senang dan bangga dengan diri mereka sendiri.

IRMA SANG PELARI



Irma adalah seorang pelari kencang yang selalu mengejutkan teman-temannya dengan kecepatannya. Dia sangat suka berlari di sekitar desa tempat tinggalnya. Setiap kali dia berlari, teman-temannya selalu mencoba mengejarnya, tetapi mereka tidak pernah bisa mengejar Irma. Irma selalu tertawa dan mengatakan bahwa dia hanya berlari dengan kecepatan biasa. Namun, teman-temannya tahu bahwa Irma memiliki kekuatan gaib yang membuatnya berlari lebih cepat dari orang lain.


Suatu hari, Irma memutuskan untuk berlari ke hutan yang belum pernah dia jelajahi sebelumnya. Dia berlari dengan kecepatan yang luar biasa dan dengan mudah melewati rintangan yang ada di sepanjang jalan. Ketika dia tiba di hutan, dia merasa sedikit takut karena dia tidak tahu apa yang akan dia temukan di sana. Namun, dia terus berlari dan akhirnya menemukan sebuah gua yang tersembunyi di balik semak-semak.


Irma memutuskan untuk masuk ke dalam gua dan melihat-lihat. Dia melihat banyak sekali batu-batu besar dan air terjun yang indah. Dia merasa sangat senang karena menemukan tempat yang indah seperti itu. Namun, ketika dia mencoba keluar dari gua, dia menemukan bahwa dia tersesat. Dia mencoba mencari jalan keluar, tetapi semakin lama dia mencari, semakin bingung dia.



Saat Irma mencari jalan keluar, dia bertemu dengan seekor harimau yang sedang lapar. Harimau itu mengejarnya dan Irma berlari secepat yang dia bisa. Dia berlari melewati rintangan dan melompati bebatuan besar. Akhirnya, dia menemukan jalan keluar dan berhasil melarikan diri dari harimau itu.


Setelah itu, Irma kembali ke desanya dan menceritakan petualangannya kepada teman-temannya. Mereka tidak percaya bahwa Irma berhasil melarikan diri dari harimau itu. Namun, Irma hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia hanya berlari dengan kecepatan biasa. Teman-temannya tahu bahwa Irma memiliki kekuatan gaib yang membuatnya berlari lebih cepat dari orang lain, tetapi mereka tidak pernah tahu bahwa Irma juga memiliki keberanian yang luar biasa.

Senin, 11 Desember 2023

Melaju di gelapnya malam Jalanan Bojonegoro


Malam itu, setelah menyegarkan diri dengan hikmah dari Kak Bhan dan kelucuan dari Kak Afif di Pesantren Sabilunnajah, kami memasuki malam yang lebih gelap dari hati saat di kejar-kejar depkolektor. Mobil melaju di jalanan Bojonegoro seperti James Bond setelah minum kopi tiga gelas. 

Mas Udin, sang sopir, mengemudikan mobil dengan penuh semangat, seolah-olah ada kamera tersembunyi yang merekam ketangkasannya. Mas Aris duduk di sebelahnya, siap memberikan saran-saran kocak yang membuat malam semakin cerah. 


"Bro, ngebut dikit dong biar kayak di film aksi!" celetuk Mas Aris dengan wajah serius, seolah-olah dia tahu trik rahasia supir F1. Mas Udin hanya tersenyum simpul, mungkin berpikir, "Ini bukan Fast and Furious, Mas Aris."


Kami bergerak melewati jalanan yang lebih gelap dari konspirasi UFO. Meski begitu, cerita-cerita Kak Afif tentang hantu-hantu Bojonegoro membuat malam semakin seru daripada nonton film horor sendirian di kamar gelap.


"Bro, hati-hati, nanti ketemu kuntilanak!" goda Mas Aris sambil melihat sekeliling dengan mata setajam mata burung hantu. Tapi jangan salah, meski ada guyonan, kami tetap waspada seperti Ninja di tengah malam.


Melintasi tikungan yang seakan-akan terjadi di lorong waktu, mobil kami tetap kokoh melaju, mengalahkan gejolak hati pacar yang lagi marah gara-gara hal sepele. Mas Udin memang pantas jadi supir andalan di sirkuit Bojonegoro Grand Prix.


Hingga akhirnya, di ujung gelapnya malam, kami tiba di destinasi dengan selamat. Perjalanan malam di jalanan Bojonegoro tak hanya memberikan cerita seru, tapi juga pengalaman yang membuat kami merindukan momen-momen bersama Kak Bhan, Kak Afif, Mas Udin, dan Mas Aris di malam yang penuh warna gelap ini.

Saat pintu mobil terbuka, udara segar Bojonegoro menyambut kami, seolah-olah berkata, "Selamat datang di dunia nyata, setelah petualangan di dunia gelap tadi malam." Kami menyusuri lorong menuju pintu masuk, dengan Mas Udin dan Mas Aris masih bercanda seperti dua komika di atas panggung.


"Tadi Mas Udin beneran keren banget, seakan-akan kita dikejar monster waktu itu!" ucap Kak Afif, sambil tertawa lepas. "Iya nih, kaya' lagi jadi bintang film action," sambung Kak Bhan, dengan senyum yang merefleksikan rasa syukur atas perjalanan malam yang unik ini.


Malam yang gelap seketika menjadi terang oleh tawa dan obrolan kami. Di pesantren yang dipimpin oleh KH Anwar Zahid, aura kebersamaan terasa kuat. Meski berada di tengah malam, semangat untuk berbagi cerita dan keceriaan tetap menyala.


Mas Udin dan Mas Aris, yang semula seperti dua karakter di komedi road movie, kini terlihat lebih akrab seperti sahabat lama. "Eh, Mas Aris, kapan lagi nih kita jadi bintang film?" goda Mas Udin, sambil menepuk bahu Mas Aris. Mereka tertawa bersama, seakan-akan melupakan bahwa hanya beberapa menit yang lalu mereka adalah pemeran utama dalam film "Melaju di Gelapnya Malam Jalanan Bojonegoro".


Perjalanan malam itu bukan hanya tentang melintasi jalanan yang gelap, tetapi lebih dari itu, tentang bagaimana kegelapan bisa diisi dengan tawa, kebersamaan, dan cerita yang membuat malam semakin berharga. Dan mungkin, satu hari nanti, kami akan mengenang kembali malam itu dengan senyuman, sebagai bagian dari kisah hidup yang tak terlupakan di Bojonegoro.

Minggu, 10 Desember 2023

Sambang Kakak Part II: Meluapkan manja pada kak Bhan



Pada suatu hari di ruang tamu Pesantren Sabilunnajah, Syafiq sedang menunggu kedatangan Kak Afif yang sedang mengaji di pesantren Abah KH. ANWAR ZAHID.

Syafiq yang merasa senang dan excited karena sudah lama tidak bertemu dengan Kak Bhan dan Kak Afif, pun memutuskan untuk menjadi manja kepada Kak Bhan. Ia ingin menghabiskan waktu dengan cara yang lucu dan menghibur.

Sambil menunggu, Syafiq mendekati Kak Bhan dengan wajah polos dan meminta agar Kak Bhan bermain dengannya. "Kak Bhan, ayo main sama aku! Syafiq sudah lama tidak jumpa Kak Bhan dan Kak Afif," ucap Syafiq dengan suara manja.


Kak Bhan yang tersenyum melihat kepolosan adiknya, dengan senang hati mengiyakan permintaan Syafiq. Mereka berdua pun duduk di ruang tamu dan mulai bermain tebak-tebakan yang lucu.

Tak lama kemudian, Kak Afif tiba di ruang tamu dengan senyuman lebar. Ia senang melihat adiknya dan Kak Bhan sedang asyik bermain. Mereka bertiga saling menyapa dengan hangat dan duduk bersama.

Setelah bermain sejenak, mereka pun bercerita tentang pengalaman mereka di pesantren masing-masing. Syafiq mendengarkan dengan antusias dan tertawa terbahak-bahak mendengar cerita kocak dari Kak Bhan dan Kak Afif.


Momen lucu dan kebersamaan antara Syafiq, Kak Bhan, dan Kak Afif di ruang tamu Pesantren Sabilunnajah akan selalu dikenang dengan penuh keceriaan dan kehangatan.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa meskipun terpisah oleh jarak, tetapi ikatan keluarga dan kebersamaan selalu hadir dalam setiap momen, bahkan saat menunggu dan bermain bersama.

Saat Lapar Mendera: Syafiq Makan Pop Mie.

Ketika Syafiq tiba di ruang tamu Pesantren Sabilunnajah untuk berkunjung kepada kakak-kakaknya, tiba-tiba saja dia merasa lapar yang luar biasa. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengatakan dengan penuh semangat, "Kakak-kakak, aku kelaparan! Ada Pop Mie gak?"


Kakak-kakaknya terkejut mendengarnya dan mereka semua saling pandang dengan rasa kaget. Mereka tidak menyangka bahwa Syafiq akan merasakan lapar yang begitu mendesak di tengah kunjungan mereka. Namun, mereka tetap ingin membuat Syafiq bahagia, jadi mereka mencoba mencari Pop Mie untuk memenuhi keinginannya.


Setelah mencari di dapur, mereka menemukan satu bungkus Pop Mie yang tersisa. Namun, ada satu masalah - mereka tidak punya kompor untuk memasak mie tersebut. Tapi karena Syafiq sudah sangat lapar dan tidak sabar lagi, mereka mencoba mencari solusi lain.


Kakak-kakaknya pun dengan kreativitas yang luar biasa, memutuskan untuk memanaskan mie tersebut dengan cara yang tidak biasa. Mereka mengambil sebatang kayu dan menyalakannya menjadi api kecil di ruang tamu. Kemudian, dengan hati-hati, mereka menempatkan bungkus Pop Mie di atas api kayu tersebut.


Syafiq dengan penuh antusiasme melihat mie Panas yang sedang dimasak di atas api kayu di ruang tamu. Dia merasa seperti sedang berada di acara masak-memasak yang seru. Dalam beberapa saat, mie tersebut pun sudah matang dan siap untuk disantap.


Syafiq dengan semangat besar segera menyerbu Pop Mie panas tersebut. Tapi, karena kepanasannya, dia tidak bisa menahan sensasi pedas yang melanda lidahnya. Dia menghembuskan napas dan mengibaskan tangannya di udara sambil berteriak, "Panas banget!" Kakak-kakaknya pun tertawa terbahak-bahak melihat reaksi lucu Syafiq.


Meskipun mie tersebut sangat pedas, Syafiq dengan penuh semangat melanjutkan makan Pop Mie panas itu. Dia tidak peduli dengan kepanasannya, karena keinginannya untuk menghilangkan rasa lapar lebih besar dari segalanya.


Akhirnya, Syafiq berhasil menyelesaikan Pop Mie panas tersebut dengan penuh semangat. Dia merasa puas dan senang karena keinginannya untuk makan Pop Mie terpenuhi, meskipun dalam keadaan yang tidak biasa dan lucu.


Cerita tentang Syafiq yang kelaparan dan menyantap Pop Mie panas di ruang tamu Pesantren Sabilunnajah menjadi momen yang lucu dan menghibur. Keinginan Syafiq untuk makan Pop Mie di tengah kunjungannya menghadirkan keceriaan dan kebahagiaan bagi semua orang yang hadir.

Sambang Kakak: Syafiq kangen Kak Bhan dan Kak Afif



Suatu hari yang cerah, kami memutuskan untuk melakukan per jalanan yang penuh kegembiraan ke Pesantren Sabilunnajah Asuhan KH ANWAR ZAHID di Desa Sumberjo Kanor Bojonegoro. Tujuan perjalanan ini sangat spesial, yaitu untuk mengunjungi kedua anak kami, Badrun Subhan Anwar dan Badrun Afifuddin Muhammad, yang sedang menimba ilmu di pesantren tersebut.

Kami semua bersiap-siap dengan semangat. Di dalam mobil, ada aku, istriku yang selalu cantik, Si Kecil Syafiq yang ceria, dan Mas Aris yang selalu membawa tawa. Dan tentu saja, kami dipandu oleh Mas Udin yang menjadi sopir handal kami.


Perjalanan dimulai dengan riang gembira. Kami berbincang-bincang, bernyanyi, dan saling menggoda di dalam mobil. Si Kecil Syafiq menjadi penghibur utama dengan lelucon-leluconnya yang kocak. Setiap kali dia membuat kami tertawa, suasana di dalam mobil semakin ceria.


Tatkala kami melintasi pedesaan yang hijau, kami melihat pemandangan yang indah dan mengagumkan. Lalu, tiba-tiba mobil kami berjalan lambat, dan kami pun terjebak dalam kemacetan. Tapi jangan khawatir, Mas Aris dengan sigap mengeluarkan kantong ajaibnya yang berisi camilan dan makanan ringan. Kami semua pun menjadi semangat kembali, karena tidak ada yang bisa mengalahkan rasa lapar dengan cemilan yang enak!


Setelah beberapa jam perjalanan yang penuh petualangan, akhirnya kami tiba di Pesantren Sabilunnajah. Kami disambut dengan hangat oleh para santri dan pengurus pesantren. Mereka begitu ramah dan membuat kami merasa seperti di rumah sendiri.


Kami segera bertemu dengan kedua anak kami, Badrun Subhan Anwar dan Badrun Afifuddin Muhammad. Mereka tampak bahagia dan ceria melihat kedatangan kami. Si Kecil Syafiq langsung berlari ke arah mereka dan memeluk mereka dengan erat. Tidak ada yang bisa menggantikan kebahagiaan keluarga yang berkumpul kembali.


Selama kami berada di pesantren, kami mengikuti kegiatan yang penuh dengan kebersamaan . Kami menghadiri ceramah dari para ulama, dan berinteraksi dengan santri lainnya. Kami merasakan kehangatan dan kebersamaan yang luar biasa di antara semua orang di pesantren.

Namun, ada satu momen lucu yang membuat kami tertawa terbahak-bahak. Saat kami sedang mengikuti kegiatan sholawatan bersama group Sholawat di pesantren, tiba-tiba Si Kecil Syafiq dengan polosnya terjatuh dan membuat semua orang tersenyum. Dia dengan cepat bangkit dan dengan wajah yang polos, dia berkata, "Aku baik-baik saja! Hanya ingin memberikan kejutan untuk semuanya!" Semua orang pun tertawa dan momen tersebut membuat perjalanan ini semakin menghibur.


Setelah beberapa saat di pesantren yang penuh sukacita, tiba saatnya bagi kami untuk pulang ke rumah. Kami membawa pulang kenangan indah dan rasa syukur yang mendalam. Perjalanan ini tidak hanya membuat keluarga kami semakin erat, tetapi juga memberikan kami pelajaran berharga tentang kebersamaan, kehidupan agama, dan cinta kasih.


Demikianlah, kisah perjalanan kami ke Pesantren Sabilunnajah Asuhan KH ANWAR ZAHID di Desa Simorejo Kanor Bojonegoro. Perjalanan ini tidak hanya penuh dengan kebahagiaan dan keceriaan, tetapi juga memberikan kami pengalaman yang tak terlupakan. Kami akan selalu mengingat momen-momen lucu dan menghibur yang kami alami bersama-sama.

Sabtu, 09 Desember 2023

Sekolah Lagi: UAS

Drun adalah seorang mahasiswa yang hidup di desa terpencil. Ia sedang menghadapi Ujian Akhir Semester (UAS) yang sangat menantang. Meskipun tinggal jauh dari kota dan harus berangkat pagi-pagi buta ke kampus, Drun tetap semangat dan bersemangat. Pagi-pagi sekali, matahari pun masih malu-malu menyapa ketika Drun sudah bersiap-siap untuk pergi.

Di desanya, belum ada toko buku besar atau kafe yang buka 24 jam. Jadi, Drun harus membawa bekal nasi bungkus dan kopi dari rumah. Setiap langkahnya diiringi suara langkah kaki di tanah setapak dan semangat yang tak tergoyahkan.

Sesampainya di kampus, Drun tampak seperti seorang penjelajah perkotaan yang baru menemukan harta karun. Ia melangkah cepat melewati lorong-lorong kampus, sambil sesekali memeriksa jam tangannya dengan serius. Meski begitu, wajahnya tetap berseri-seri, karena setiap langkah adalah petualangan baru baginya.

Saat sampai di ruang ujian, Drun duduk dengan penuh konsentrasi. Matanya menatap soal UAS seolah-olah itu adalah misteri besar yang harus dipecahkan. Tidak peduli dengan keadaan sekitar, Drun begitu serius mengerjakan soal. Ia bahkan tidak menyadari bahwa pensilnya hampir habis dan terus mencari pensil cadangan yang ada di tasnya.

Waktu berjalan begitu cepat, dan Drun tetap asyik dengan soal-soalnya. Saat lonceng berbunyi, menandakan waktu sudah habis, Drun menutup buku ujiannya dengan senyuman penuh kepuasan. Meskipun capek, ia merasa seperti pahlawan yang baru saja menyelesaikan misinya.

Setelah UAS selesai, Drun kembali ke desa dengan langkah ringan. Di perjalanan pulang, ia menceritakan petualangannya pada teman-temannya yang juga sedang "berpetualang" dalam ujian mereka masing-masing. Mereka tertawa dan berbagi cerita, meredakan ketegangan UAS dengan candaan dan tawa.

Dan begitulah, setiap pagi yang diawali dengan semangat Drun untuk "Sekolah Lagi" tidak hanya berarti perjalanan ke kampus, tapi juga petualangan kecil yang penuh warna dan keceriaan di tengah hiruk-pikuk UAS.

Jumat, 08 Desember 2023

Berangkat Kuliah

Pada suatu pagi yang cerah, kelima sahabat akrab, Drun, Udin, Kiman, Rosid, dan Listi, bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Mereka sudah terbiasa berangkat bersama-sama setiap pagi, duduk berdekatan di dalam mobil Udin yang menjadi sopir setia mereka.


Saat itu, Udin yang sedang asyik mengemudi, tidak sengaja melewati jalan yang sempit. “Eh, Udin! Salah jalan nih!” seru Drun sambil mengernyitkan kening. Udin pun langsung mengerem mobil, mencoba untuk memutar balik. Namun, mobil mereka malah mogok di tengah jalan!


“Ah, kenapa ini?” protes Kiman sambil menepuk-nepuk perutnya yang sedikit membuncit. Semua teman-temannya pun bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Tapi tiba-tiba Listi menyadari bahwa mereka sedang berada di depan warung favorit mereka. Tanpa pikir panjang, mereka bergegas turun dari mobil dan melangkah ke warung itu.


Sesampainya di warung, Listi langsung menjadi bos kecil bagi teman-temannya. Ia memesan makanan bagi semua orang dengan energi yang tak tertahankan. “Nih, udah jadi! Sekarang, makan!” kata Listi sembari menyerahkan makanan yang sudah ia pesan.


Mereka pun duduk di meja yang sudah disiapkan oleh Listi. Ternyata, tak lama kemudian, teman-teman mereka yang biasa makan di warung itu juga datang. Mereka pun saling mengobrol dan bercanda, menikmati sajian lezat di warung kesayangan mereka.


Tak lama setelah makan, Udin mencoba kembali untuk memperbaiki mobil mereka. Dengan bantuan para teman, akhirnya mobil mereka bisa menyala kembali. Mereka pun bergegas kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan ke kampus.


Namun, di perjalanan, tiba-tiba mereka mendengar suara riuh dari belakang mobil. Rosid yang duduk di kursi belakang pun langsung berteriak, “Ada apa sih di belakang mobil kita?” Mereka pun terkejut saat melihat sekelompok ayam sedang mengikuti mobil mereka dengan semangat. “Astagfirullah, mereka sepertinya ingin ikut kuliah nih!” ujar Drun sambil tertawa.


Saat melihat tingkah lucu ayam-ayam itu, Kiman langsung memberi mereka nama-nama lucu. “Si Hitam, Si Cemong, dan Si Gembul, kamu mau ikut kuliah juga?” celetuk Kiman. Mereka semua pun tertawa melihat tingkah konyol ayam-ayam itu.


Akhirnya, setelah mengusir ayam-ayam tersebut, mereka pun tiba di kampus dengan selamat. Mereka turun dari mobil sambil bergurau senda. Udin menepuk-nepuk mobilnya sambil berkata, “Maafkan aku, mobilku sempat rewel tadi ya!” Mereka pun tertawa riang sambil berjalan menuju ruang kuliah.


Saat masuk ke ruang kuliah, mereka disambut dengan tatapan heran dari teman-teman sekelas mereka. Ternyata, mereka lupa bahwa hari itu adalah hari Senin dan mereka mengenakan pakaian yang biasanya mereka pakai saat hangout di akhir pekan.


Drun langsung berbicara dengan penuh percaya diri, “Kawan, hari ini kita memulai tren fashion baru yaitu casual Senin! Supaya semangat kuliahnya bertambah!” Ucapan Drun sontak diikuti tepuk tangan riuh dari teman-teman sekelas mereka.


Setelah itu, mereka duduk di tempat mereka masing-masing sambil menikmati pelajaran yang diberikan. Drun, yang menjadi kepala suku menurut mereka, bersikap sangat antusias dalam menjawab pertanyaan. Sementara itu, Kiman yang lucu, memberikan komentar-komentar kocak yang membuat suasana kelas menjadi lebih hidup.


Saat istirahat, mereka kembali berkumpul di kantin kampus. Mereka pun bercanda dan berbagi cerita tentang petualangan pagi tadi. Ketika mereka sedang asyik berbincang, tiba-tiba seorang dosen melintas di depan mereka. Dosen tersebut terkejut melihat mereka dan berkata, “Lho, anak-anak, kenapa kalian masih dalam pakaian senin mingguan?”


Mereka pun menjawab dengan lugas, “Kami sedang memulai tren fashion baru, Pak. Casual Senin!” sangkut Drun dengan wajah serius. Mendengar hal itu, sang dosen pun tertawa terbahak-bahak. “Kalian memang selalu bisa membuat suasana jadi berbeda!” ucap sang dosen diikuti tawa mereka semua.


Ketika pulang, mereka melewati warung favorit mereka lagi. “Eh, makan lagi di warung?” tanya Udin heran. “Iya dong, Udin! Kita kan sudah jadi langganan di sini, masa tidak makan lagi!” jawab Rosid sambil tersenyum.


Malam itu, mereka mengakhiri hari dengan bahagia, tertawa bersama atas petualangan yang mereka alami. Mereka belajar bahwa tak selalu segalanya harus berjalan sesuai rencana, tapi yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa menikmati setiap momen bersama.


Begitulah kisah petualangan lima sahabat yang penuh warna dalam perjalanan berangkat kuliah mereka. Meski seringkali diwarnai dengan kejadian lucu dan konyol, namun mereka selalu berhasil menemukan kebahagiaan di setiap langkah perjalanan mereka.