Pada suatu pagi yang cerah, kelima sahabat akrab, Drun, Udin, Kiman, Rosid, dan Listi, bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Mereka sudah terbiasa berangkat bersama-sama setiap pagi, duduk berdekatan di dalam mobil Udin yang menjadi sopir setia mereka.
Saat itu, Udin yang sedang asyik mengemudi, tidak sengaja melewati jalan yang sempit. “Eh, Udin! Salah jalan nih!” seru Drun sambil mengernyitkan kening. Udin pun langsung mengerem mobil, mencoba untuk memutar balik. Namun, mobil mereka malah mogok di tengah jalan!
“Ah, kenapa ini?” protes Kiman sambil menepuk-nepuk perutnya yang sedikit membuncit. Semua teman-temannya pun bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Tapi tiba-tiba Listi menyadari bahwa mereka sedang berada di depan warung favorit mereka. Tanpa pikir panjang, mereka bergegas turun dari mobil dan melangkah ke warung itu.
Sesampainya di warung, Listi langsung menjadi bos kecil bagi teman-temannya. Ia memesan makanan bagi semua orang dengan energi yang tak tertahankan. “Nih, udah jadi! Sekarang, makan!” kata Listi sembari menyerahkan makanan yang sudah ia pesan.
Mereka pun duduk di meja yang sudah disiapkan oleh Listi. Ternyata, tak lama kemudian, teman-teman mereka yang biasa makan di warung itu juga datang. Mereka pun saling mengobrol dan bercanda, menikmati sajian lezat di warung kesayangan mereka.
Tak lama setelah makan, Udin mencoba kembali untuk memperbaiki mobil mereka. Dengan bantuan para teman, akhirnya mobil mereka bisa menyala kembali. Mereka pun bergegas kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan ke kampus.
Namun, di perjalanan, tiba-tiba mereka mendengar suara riuh dari belakang mobil. Rosid yang duduk di kursi belakang pun langsung berteriak, “Ada apa sih di belakang mobil kita?” Mereka pun terkejut saat melihat sekelompok ayam sedang mengikuti mobil mereka dengan semangat. “Astagfirullah, mereka sepertinya ingin ikut kuliah nih!” ujar Drun sambil tertawa.
Saat melihat tingkah lucu ayam-ayam itu, Kiman langsung memberi mereka nama-nama lucu. “Si Hitam, Si Cemong, dan Si Gembul, kamu mau ikut kuliah juga?” celetuk Kiman. Mereka semua pun tertawa melihat tingkah konyol ayam-ayam itu.
Akhirnya, setelah mengusir ayam-ayam tersebut, mereka pun tiba di kampus dengan selamat. Mereka turun dari mobil sambil bergurau senda. Udin menepuk-nepuk mobilnya sambil berkata, “Maafkan aku, mobilku sempat rewel tadi ya!” Mereka pun tertawa riang sambil berjalan menuju ruang kuliah.
Saat masuk ke ruang kuliah, mereka disambut dengan tatapan heran dari teman-teman sekelas mereka. Ternyata, mereka lupa bahwa hari itu adalah hari Senin dan mereka mengenakan pakaian yang biasanya mereka pakai saat hangout di akhir pekan.
Drun langsung berbicara dengan penuh percaya diri, “Kawan, hari ini kita memulai tren fashion baru yaitu casual Senin! Supaya semangat kuliahnya bertambah!” Ucapan Drun sontak diikuti tepuk tangan riuh dari teman-teman sekelas mereka.
Setelah itu, mereka duduk di tempat mereka masing-masing sambil menikmati pelajaran yang diberikan. Drun, yang menjadi kepala suku menurut mereka, bersikap sangat antusias dalam menjawab pertanyaan. Sementara itu, Kiman yang lucu, memberikan komentar-komentar kocak yang membuat suasana kelas menjadi lebih hidup.
Saat istirahat, mereka kembali berkumpul di kantin kampus. Mereka pun bercanda dan berbagi cerita tentang petualangan pagi tadi. Ketika mereka sedang asyik berbincang, tiba-tiba seorang dosen melintas di depan mereka. Dosen tersebut terkejut melihat mereka dan berkata, “Lho, anak-anak, kenapa kalian masih dalam pakaian senin mingguan?”
Mereka pun menjawab dengan lugas, “Kami sedang memulai tren fashion baru, Pak. Casual Senin!” sangkut Drun dengan wajah serius. Mendengar hal itu, sang dosen pun tertawa terbahak-bahak. “Kalian memang selalu bisa membuat suasana jadi berbeda!” ucap sang dosen diikuti tawa mereka semua.
Ketika pulang, mereka melewati warung favorit mereka lagi. “Eh, makan lagi di warung?” tanya Udin heran. “Iya dong, Udin! Kita kan sudah jadi langganan di sini, masa tidak makan lagi!” jawab Rosid sambil tersenyum.
Malam itu, mereka mengakhiri hari dengan bahagia, tertawa bersama atas petualangan yang mereka alami. Mereka belajar bahwa tak selalu segalanya harus berjalan sesuai rencana, tapi yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa menikmati setiap momen bersama.
Begitulah kisah petualangan lima sahabat yang penuh warna dalam perjalanan berangkat kuliah mereka. Meski seringkali diwarnai dengan kejadian lucu dan konyol, namun mereka selalu berhasil menemukan kebahagiaan di setiap langkah perjalanan mereka.