Mas Udin, sang sopir, mengemudikan mobil dengan penuh semangat, seolah-olah ada kamera tersembunyi yang merekam ketangkasannya. Mas Aris duduk di sebelahnya, siap memberikan saran-saran kocak yang membuat malam semakin cerah.
"Bro, ngebut dikit dong biar kayak di film aksi!" celetuk Mas Aris dengan wajah serius, seolah-olah dia tahu trik rahasia supir F1. Mas Udin hanya tersenyum simpul, mungkin berpikir, "Ini bukan Fast and Furious, Mas Aris."
Kami bergerak melewati jalanan yang lebih gelap dari konspirasi UFO. Meski begitu, cerita-cerita Kak Afif tentang hantu-hantu Bojonegoro membuat malam semakin seru daripada nonton film horor sendirian di kamar gelap.
"Bro, hati-hati, nanti ketemu kuntilanak!" goda Mas Aris sambil melihat sekeliling dengan mata setajam mata burung hantu. Tapi jangan salah, meski ada guyonan, kami tetap waspada seperti Ninja di tengah malam.
Melintasi tikungan yang seakan-akan terjadi di lorong waktu, mobil kami tetap kokoh melaju, mengalahkan gejolak hati pacar yang lagi marah gara-gara hal sepele. Mas Udin memang pantas jadi supir andalan di sirkuit Bojonegoro Grand Prix.
Hingga akhirnya, di ujung gelapnya malam, kami tiba di destinasi dengan selamat. Perjalanan malam di jalanan Bojonegoro tak hanya memberikan cerita seru, tapi juga pengalaman yang membuat kami merindukan momen-momen bersama Kak Bhan, Kak Afif, Mas Udin, dan Mas Aris di malam yang penuh warna gelap ini.
Saat pintu mobil terbuka, udara segar Bojonegoro menyambut kami, seolah-olah berkata, "Selamat datang di dunia nyata, setelah petualangan di dunia gelap tadi malam." Kami menyusuri lorong menuju pintu masuk, dengan Mas Udin dan Mas Aris masih bercanda seperti dua komika di atas panggung.
"Tadi Mas Udin beneran keren banget, seakan-akan kita dikejar monster waktu itu!" ucap Kak Afif, sambil tertawa lepas. "Iya nih, kaya' lagi jadi bintang film action," sambung Kak Bhan, dengan senyum yang merefleksikan rasa syukur atas perjalanan malam yang unik ini.
Malam yang gelap seketika menjadi terang oleh tawa dan obrolan kami. Di pesantren yang dipimpin oleh KH Anwar Zahid, aura kebersamaan terasa kuat. Meski berada di tengah malam, semangat untuk berbagi cerita dan keceriaan tetap menyala.
Mas Udin dan Mas Aris, yang semula seperti dua karakter di komedi road movie, kini terlihat lebih akrab seperti sahabat lama. "Eh, Mas Aris, kapan lagi nih kita jadi bintang film?" goda Mas Udin, sambil menepuk bahu Mas Aris. Mereka tertawa bersama, seakan-akan melupakan bahwa hanya beberapa menit yang lalu mereka adalah pemeran utama dalam film "Melaju di Gelapnya Malam Jalanan Bojonegoro".
Perjalanan malam itu bukan hanya tentang melintasi jalanan yang gelap, tetapi lebih dari itu, tentang bagaimana kegelapan bisa diisi dengan tawa, kebersamaan, dan cerita yang membuat malam semakin berharga. Dan mungkin, satu hari nanti, kami akan mengenang kembali malam itu dengan senyuman, sebagai bagian dari kisah hidup yang tak terlupakan di Bojonegoro.
0 comments:
Posting Komentar