Kamis, 14 Desember 2023

MONAS Dalam bingkai kisah Pengelana



Jakarta 1995- 28 tahun yang lalu, aku berdiri dengan gontai di depan Monas, Jakarta. Hari itu, setelah lulus SLTA, kota ini menjadi saksi bisu perjuanganku. Jakarta begitu keras, tapi aku harus menopang kehidupan yang baru saja kujalani.


Dengan ransel yang ringkih di pundak, aku merentangkan langkahku melalui gemerlap ibu kota. Pekerjaan sederhana menjadi penyelamatku, meski harus beradu dengan kesulitan. Tapi, setiap tantangan adalah penguat karakterku.


Foto jadul itu merekam senyum kelelahan dan mata yang penuh semangat beberapa bendera di belakangku, mengibaratkan tekadku mengarungi kehidupan. Monas dan Patung kuda, sebagai latar belakang, memberikan kekuatan, mengingatkan bahwa aku adalah bagian dari kisah besar ini.


Kisah kenangan itu bukan hanya tentang gontai dan kesulitan, tapi tentang semangat juang yang tak pernah pudar. Aku, pendukung penguat dalam cerita ini, terus melangkah, mengukir perjalanan hidup di kanvas Jakarta yang penuh warna.

Dalam perjalanan panjang itu, Jakarta mengajarkanku arti solidaritas dan keuletan. Berbagai rintangan hadir sebagai ujian, tapi aku tak pernah menyerah. Keramaian jalanan ibu kota menjadi simfoni yang mengiringi langkahku, dan setiap sudutnya menjadi kisah tersendiri.


Pekerjaan sederhana membawaku ke tempat-tempat baru, dari pasar tradisional hingga gedung pencakar langit. Setiap sudut Jakarta menjadi saksi bisu perubahan diriku. Dan Monas, sebagai penjaga setia, menyaksikan perjalanan dari gontai hingga berdiri tegak.


Tidak lupa pada teman-teman seperjuangan yang menjadi penguat dalam kehidupan ini. Bersama-sama, kami mengatasi badai dan merayakan keberhasilan kecil. Foto jadul itu bukan sekadar gambar, melainkan kapsul waktu yang mengingatkan akan perjalanan yang telah kami lalui.


Meski waktu telah berlalu, semangat itu masih tetap menyala. Kisah kenangan di Monas menjadi perekat pengalaman hidup yang tak terlupakan. Jakarta, dengan segala lika-likunya, telah membentuk karakterku. Aku, yang dulu berdiri dengan gontai, kini melangkah dengan keyakinan dan pengalaman yang tak ternilai.

0 comments:

Posting Komentar