Rabu, 09 Oktober 2024

Sambutan Mewakili Pak Naib

Hari ini, Rabu, 09 September 2024, sebuah tugas mulia dan penuh tanggung jawab hadir di hadapan saya. Dalam suasana hangat dan penuh harapan, saya diberi amanah untuk mewakili Bapak Kepala KUA Margomulyo dalam acara Lomba Keluarga Sakinah. Momen ini tidak hanya sekadar seremonial, melainkan sebuah refleksi atas upaya kita dalam menciptakan keluarga yang bahagia dan harmonis.

Namun, di balik kebahagiaan ini, ada kabar yang menyentuh hati. Bapak Naib, sosok yang selalu menjadi teladan dalam pelayanan dan kepemimpinan, tidak dapat hadir. Ia tengah mengikuti Uji Kompetensi Penghulu di Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur. Meski jarak memisahkan, semangat dan pesan beliau senantiasa mengalir dalam setiap detak jantung acara ini.

Saat tiba di hadapan hadirin, sebelum sambutan resmi dari panitia, saya diamanahi untuk memimpin doa pembuka. Dalam keheningan dan ketulusan, kami mengangkat tangan, memohon kepada Allah agar acara ini diberkahi dan setiap peserta diberikan kekuatan untuk terus berjuang membangun keluarga sakinah.

Setelah doa, saya menyampaikan sambutan dengan penuh rasa syukur. Selain menyampaikan pesan-pesan hangat dari Bapak Naib, saya tak lupa menyampaikan sepatah dua kata tentang konsep dasar keluarga sakinah. Dengan lembut, saya berbagi dengan para peserta bahwa esensi dari keluarga sakinah adalah kemampuan kita untuk istiqomah mencintai pasangan kita. Sebuah cinta yang tak mengenal batas waktu, tempat, atau keadaan. Cinta yang terukir dalam setiap detik perjalanan hidup, dalam suka maupun duka, dalam tawa dan air mata.

“Saudara-saudara,” saya melanjutkan, “marilah kita tanamkan dalam diri kita, bahwa cinta sejati adalah tentang komitmen. Setiap hari kita berusaha untuk saling mencintai, mendukung, dan memahami satu sama lain. Dalam keadaan apapun, bagaimanapun, dan kapanpun, mari kita jadikan cinta sebagai jembatan yang menghubungkan hati kita.”

Dengan semangat ini, saya berharap setiap peserta dapat meresapi arti sejati dari keluarga sakinah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Acara pun dimulai, dengan harapan dan doa yang mengalir dalam setiap langkah kita menuju keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Suasana acara perlahan semakin syahdu. Setiap peserta hadir dengan semangat yang membara, namun hati mereka tetap teduh, selaras dengan pesan-pesan cinta yang telah disampaikan. Dalam perlombaan ini, bukan hanya kompetisi yang menjadi fokus, melainkan pembelajaran akan nilai-nilai luhur yang membentuk keluarga sakinah.

Saya duduk di barisan tamu undangan, memperhatikan setiap keluarga yang tampil dengan bangga, membawa nilai-nilai kebersamaan, kasih sayang, dan keikhlasan. Dari wajah mereka, terpancar harapan untuk menjadi teladan bagi keluarga-keluarga lain, menginspirasi lingkungan mereka agar selalu berpegang pada prinsip-prinsip agama dalam setiap aspek kehidupan rumah tangga.

Setiap keluarga yang berpartisipasi menampilkan keindahan rumah tangga yang dibangun di atas pondasi cinta dan komitmen. Ada yang berbagi kisah tentang bagaimana mereka menghadapi ujian hidup, mengatasi perbedaan, hingga menjaga keharmonisan meski dalam keterbatasan. Di tengah-tengah semua itu, saya merenung dan tersenyum. Betapa indahnya ketika cinta diikat dengan keimanan, diperkuat dengan ketakwaan, dan dijaga dengan kesabaran.

Acara ini bukan sekadar perlombaan untuk mencari pemenang, tapi sebuah kesempatan untuk menegaskan kembali bahwa keluarga sakinah bukanlah sesuatu yang hadir begitu saja. Ia perlu diperjuangkan dengan tekad dan keyakinan. Sebagaimana cinta yang istiqomah, keluarga sakinah dibangun dengan konsistensi mencintai, memahami, dan saling mendukung, tidak hanya saat bahagia, tetapi juga ketika menghadapi badai kehidupan.

Sambil menyimak para peserta, saya teringat kembali akan pentingnya doa yang telah saya panjatkan di awal acara. Bahwa hanya dengan rahmat dan ridha Allah-lah, kita bisa menjaga keutuhan keluarga kita. Karena itu, saya berharap setiap keluarga yang hadir hari ini dapat membawa pulang pelajaran yang lebih dari sekadar kemenangan lomba—yakni pemahaman akan makna sejati keluarga sakinah.

Ketika acara mulai berakhir, saya merasakan kehangatan hati. Semua keluarga yang hadir hari ini adalah pemenang, bukan karena trofi yang mereka bawa pulang, tapi karena mereka telah memilih jalan untuk membangun keluarga yang penuh cinta dan harmoni, sesuai dengan ajaran Islam. Sebuah keluarga yang mampu menjadi cahaya bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Dengan penuh syukur, saya menyadari bahwa pesan tentang keluarga sakinah yang saya sampaikan tadi bukan hanya kata-kata. Itu adalah doa dan harapan bagi setiap kita, bahwa di setiap rumah tangga yang dibangun di atas pondasi cinta, keimanan, dan keikhlasan, keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah akan selalu tumbuh dan berkembang.

Hari ini adalah bukti bahwa setiap kita mampu mewujudkannya dengan cinta yang istiqomah, dan dengan doa yang tak pernah putus.

0 comments:

Posting Komentar