Rabu, 31 Juli 2024

Hikmah di Balik Perjalanan Khidmah: Pelajaran dari Sebuah Kebersamaan


 Ngelo, 10 Juli 2024-Pada suatu pagi yang cerah di desa kecil, semilir angin membawa aroma bunga yang baru mekar, memberikan harapan akan hari yang indah. Namun, di balik keindahan pagi itu, ada awan gelap yang menyelimuti hati beberapa anggota panitia acara khidmah yang akan dilaksanakan keesokan harinya.


Sehari sebelumnya, terjadi kebingungan besar di antara anggota panitia. Informasi mengenai pelaksanaan kegiatan beredar dengan simpang siur, membuat banyak orang bingung dan gelisah. Beberapa anggota mengeluh bahwa jadwal dan rincian acara yang diterima berbeda dari satu sama lain. Mereka saling bertanya-tanya, siapakah yang bertanggung jawab atas kekacauan ini?


Di tengah situasi yang kacau, seorang pimpinan yang seharusnya menjadi penentu arah justru menunjukkan sifat egois yang tak terarah dan terukur. Dengan sikap yang semaunya sendiri, ia berusaha mengatur segala sesuatu tanpa mempertimbangkan masukan dari anggota lain. Arahan-arahan yang diberikannya sering kali tidak sesuai jalur, bahkan cenderung ngawur. Bukannya menyelesaikan masalah, ia malah menambah kekacauan yang ada.



Namun, di balik semua kesulitan itu, ada sinar harapan yang mulai memancar. Anggota panitia yang lain, yang meskipun merasa terpinggirkan dan diabaikan, tetap berusaha melakukan yang terbaik. Mereka menyadari bahwa musyawarah dan koordinasi dengan semua pihak terkait adalah kunci keberhasilan acara ini. Dengan penuh kesabaran, mereka berkumpul dan berusaha mencari solusi terbaik, mengesampingkan perbedaan dan ego masing-masing.


Akhirnya, hari yang dinanti pun tiba. Alhamdulillah, berkat kerja keras dan kebersamaan, acara tersebut terlaksana dengan baik. Meskipun ada beberapa pihak yang merasa dikorbankan, namun kebahagiaan dan kepuasan para peserta menjadi penawar dari segala kekecewaan dan nelangsa yang dirasakan sebelumnya. Senyum di wajah para peserta dan apresiasi yang mereka berikan menjadi bukti bahwa usaha dan pengorbanan yang telah dilakukan tidak sia-sia.


Keberhasilan acara ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Bahwa dalam setiap kegiatan, musyawarah dan koordinasi adalah hal yang sangat penting. Keegoisan dan sikap semaunya sendiri hanya akan membawa kehancuran, sedangkan kebersamaan dan kerjasama adalah jalan menuju kesuksesan. Dan di tengah semua itu, rasa syukur dan kebahagiaan menjadi obat yang ampuh bagi hati yang terluka, memberikan kekuatan untuk terus berjuang dan berbuat baik di masa mendatang.

Malam hari setelah acara selesai, keheningan menyelimuti desa yang sebelumnya riuh dengan sorak-sorai dan tawa. Di bawah langit yang bertabur bintang, para anggota panitia berkumpul di sebuah balai pertemuan sederhana. Mereka duduk melingkar, berusaha meresapi semua yang telah terjadi. Ada rasa lega dan syukur yang membaur dengan kelelahan.


Pak Hadi, seorang anggota panitia yang telah sepuh namun bijaksana, membuka percakapan dengan suara lembutnya. "Anak-anak, kita semua telah melalui banyak hal dalam beberapa hari terakhir. Mungkin ada yang merasa lelah, mungkin ada yang merasa kecewa. Namun, ingatlah, setiap peristiwa pasti ada hikmahnya."


Mata-mata muda yang semula menatap tanah kini mulai mengangkat pandangan, memperhatikan Pak Hadi dengan penuh hormat. Ia melanjutkan, "Kerancuan informasi kemarin membuat kita sadar betapa pentingnya komunikasi yang baik. Tanpa koordinasi yang jelas, segala sesuatunya bisa berantakan. Ini pelajaran berharga untuk kita semua, agar selalu memastikan setiap informasi yang kita terima dan sampaikan adalah benar dan jelas."


Sari, salah satu anggota panitia yang paling muda, mengangguk pelan. "Benar, Pak Hadi. Saya merasa sangat bingung kemarin, tapi sekarang saya tahu bahwa musyawarah adalah kunci. Kita harus saling mendengarkan dan bekerja sama."


Pak Hadi tersenyum lembut. "Betul sekali, Sari. Selain itu, kita juga belajar bahwa keegoisan dan sikap semaunya sendiri hanya akan membawa kehancuran. Kita harus selalu ingat bahwa dalam bekerja sama, tidak ada tempat untuk ego. Semua harus dilakukan dengan hati yang tulus dan niat yang baik."


Doni, seorang pemuda yang sebelumnya sering berselisih paham dengan pimpinan, angkat bicara. "Saya juga belajar bahwa dalam setiap kejadian, Tuhan pasti menyimpan hikmah. Meskipun ada yang merasa dikorbankan, tapi keberhasilan acara ini menjadi obat bagi kekecewaan yang kita rasakan. Melihat senyum dan kebahagiaan para peserta, saya merasa semua usaha dan pengorbanan kita tidak sia-sia."


Pak Hadi mengangguk setuju. "Benar, Doni. Keberhasilan ini adalah buah dari kerja keras kita bersama. Meski ada banyak rintangan, tapi dengan kebersamaan, kita bisa melewatinya. Dan ingatlah, setiap kesulitan yang kita hadapi pasti ada hikmahnya. Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan kita."


Malam itu, di bawah langit yang terang benderang, mereka semua merasakan kedamaian yang mendalam. Hikmah dari setiap kejadian membuat hati mereka lebih kuat dan bijaksana. Mereka sadar bahwa perjalanan khidmah ini bukan hanya tentang pelaksanaan acara, tetapi juga tentang belajar dan tumbuh bersama. Kebersamaan, musyawarah, dan kerja keras menjadi pelajaran berharga yang akan mereka bawa dalam setiap langkah kehidupan.


Di sela-sela keheningan malam, suara lembut Pak Hadi terdengar lagi, menutup pertemuan itu dengan doa penuh harap. "Semoga kita selalu diberi kekuatan dan kebijaksanaan untuk terus berbuat baik. Dan semoga setiap langkah kita selalu diridhoi oleh-Nya." Malam itu berakhir dengan hati yang penuh syukur dan semangat baru untuk melangkah ke depan, membawa hikmah dari setiap kejadian sebagai bekal dalam perjalanan hidup mereka.

Minggu, 14 Juli 2024

"Pertemuan yang Menginspirasi: Memaknai Hidup Bersama Mbah Naryo"

Bojonegoro-13 Juli 2024, Sebuah angin semilir menerpa wajahku saat aku menyusuri halaman Sebuah Hotel di Kabupaten Bojonegoro. Hari ini, aku menghadiri acara Rakord MUI yang diselenggarakan di tempat ini. Suasana tenang dan khidmat menyelimuti setiap sudut ruangan. Mataku menelusuri wajah-wajah yang familiar, hingga terhenti pada sosok yang begitu akrab bagiku.


"Mbah Naryo..!" Seruku dengan nada penuh kerinduan. Pria paruh baya itu menoleh, wajahnya yang dulu ranum kini dihiasi gurat-gurat kehidupan. Namun, senyumnya yang ramah tetap terpancar, seakan menyambut kehadiranku.


Mbah Naryo, sosok yang dulu kerap menjadi tempat curhatku di saat aku dihadapkan pada berbagai masalah. Kini, beliau berdiri dengan tongkat di tangannya, mengingatkanku akan perjuangannya yang tak kenal lelah. Kami pun berpelukan erat, seakan waktu berhenti sejenak untuk menyaksikan reuni dua sahabat lama.


Dalam obrolan kami yang hangat, Mbah Naryo berbagi cerita tentang sakitnya yang cukup parah. Namun, sinar matanya tetap memancarkan ketenangan dan keikhlasan. "Kang, jalani semua yang terjadi dan jangan kau ingkari, karena semua adalah takdir Illahi," ujarnya bijaksana. "Yang terpenting saat ini harus kau syukuri, kau masih bisa bernafas dan berdiri."


Kata-kata itu seakan menyentuh relung jiwaku yang terdalam. Aku tertegun, menyadari bahwa hidup adalah sebuah perjalanan penuh cobaan, namun juga anugerah yang harus disyukuri. Mbah Naryo, dengan segala pengalaman hidupnya, memberikan nasihat yang begitu menghangatkan hati.


Dalam pertemuan kami kali ini, aku merasakan sebuah ikatan yang semakin erat. Kami berbagi cerita, suka, duka, dan harapan. Sosok Mbah Naryo yang dulu sering menjadi tempat curhatku, kini menjadi sumber inspirasi baru bagi hidupku.


Ketika saatnya berpisah tiba, kami saling berpelukan, seakan tak ingin melepaskan kehangatan yang telah kami bangun kembali. Dalam hati, aku berjanji untuk selalu mengingat nasihat Mbah Naryo, dan menjadikannya sebagai pijakan dalam menjalani kehidupan.


Pertemuan ini bukanlah sekadar reuni biasa, melainkan sebuah pengingat akan kebesaran Tuhan dan pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang diberikan. Sosok Mbah Naryo, dengan segala ketulusan dan kebijaksanaannya, telah menjadi saksi bisu atas perjalanan hidupku. Dan kini, ia kembali hadir untuk menyalakan semangat dan membekaliku dengan untaian kata-kata yang penuh makna.


Pertemuan dengan Mbah Naryo di acara Rakord MUI itu terasa begitu singkat, namun memberikan kesan yang mendalam dalam hidupku. Jauh di lubuk hatiku, aku merasa bersyukur dapat kembali bertemu dengan sosok yang sangat berarti dalam perjalanan hidupku.


Saat itu, Mbah Naryo tampak lebih rapuh dengan tongkat yang kini menjadi penopang gerak langkahnya. Namun, semangat dan kebijaksanaannya tetap terpancar dengan jelas. Ketika kami berbincang, aku dapat merasakan kehangatan yang sama seperti dulu, saat ia menjadi tempat curhatku di kala menghadapi berbagai masalah.


Dalam obrolan kami, Mbah Naryo berbagi pengalamannya yang begitu berat. Ia menceritakan tentang penyakit yang sempat membuatnya berjuang keras mempertahankan hidup. Namun, dengan keikhlasan yang luar biasa, ia menerima semua itu sebagai takdir Tuhan yang harus dijalani.


"Mas, jalani semua yang terjadi dan jangan kau ingkari, karena semua adalah takdir Illahi," ujarnya dengan nada yang tenang dan menenangkan. "Yang terpenting saat ini harus kau syukuri, kau masih bisa bernafas dan berdiri."


Kata-kata bijak Mbah Naryo seakan menyadarkanku akan pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang telah Tuhan berikan. Betapa selama ini aku terlalu sering larut dalam masalah dan keluhan, lupa akan betapa beruntungnya aku masih diberikan kesempatan untuk hidup dan menjalani hari-hari.


Dalam pertemuan kami kali ini, aku merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak, memberi kesempatan bagi kami untuk saling berbagi, saling menguatkan, dan saling mengingatkan akan makna hidup yang sesungguhnya. Sosok Mbah Naryo, yang dulu begitu sering menjadi tempat curhatku, kini hadir kembali sebagai sumber inspirasi dan motivasi baru dalam hidupku.


Ketika akhirnya saatnya kami harus berpisah, aku merasakan sebuah kerinduan yang mendalam. Namun, aku tahu bahwa pertemuan ini telah menyisakan kenangan yang tak terlupakan, serta sebuah pelajaran berharga yang akan terus ku pegang teguh.


Mbah Naryo, dengan segala ketulusan dan kebijaksanaannya, telah mengajarkanku untuk selalu bersyukur dan menerima segala ketentuan Tuhan dengan lapang dada. Pertemuan singkat ini telah menyentuh ruang terdalam dalam diriku, membuatku memahami bahwa hidup adalah sebuah perjalanan penuh makna yang harus disyukuri setiap saat.


Aku berjanji akan selalu mengingat pesan-pesan Mbah Naryo, dan menjadikannya sebagai pijakan dalam menjalani kehidupan. Karena pertemuan ini telah menyalakan kembali semangat dan harapan dalam diriku, memberikan keyakinan bahwa aku tidak sendirian dalam mengarungi kehidupan.

Selasa, 09 Juli 2024

Jalan khidmah yang kutempuh: Menjaga Niat Tulus dalam mengabdi pada Jam'iyah



Pagi itu, Saya bergegas menuju Kantor di Kabupaten. Sebagai Ketua MUI, saya memiliki tanggung jawab untuk menghadiri rapat persiapan Konferwil yang diundang oleh Ketua. Meskipun perjalanan ini terasa berat, sebab sebelumnya saya baru saja menyambangi dua anak saya yang ada di Pesantren Lirboyo Kediri dan Simorejo Kanor Bojonegoro.

Setibanya di acara rapat, saya dapat merasakan beberapa pandangan mata yang kurang begitu indah dari beberapa orang yang ada. Saya menyadari bahwa ada beberapa pihak yang masih kecewa dengan sikap saya terkait proses kontestasi KONFERCAB PCNU Bojonegoro sebelumnya. Karena selain sebagai ketua MUI saya juga mendapat amanat sebagai ketua MWCNU. Namun, Saya tetap berusaha tenang dan menanggapinya dengan penuh ketulusan hati.

Saya sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi dan menerima semua yang terjadi serta semua konsekuensinya. Saya yakin bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dunia ini tanpa coretan dari takdir Allah. Oleh karena itu, saya bertekad untuk tetap melangkah maju dengan hati yang lapang, melayani masyarakat dan membawa kebaikan bagi semua.

Seusai rapat persiapan Konferwil, Saya bergegas kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan, saya tak henti-hentinya merefleksikan perjalanan hidup yang penuh tantangan ini.

Mengingat kembali saat-saat sulit yang saya lalui, saya merasa bersyukur telah diberikan kekuatan dan ketabahan untuk menghadapinya. Meskipun ada beberapa pihak yang masih belum dapat menerima keputusan ini, saya tetap berusaha untuk bersikap tulus dan bijaksana.

Sebagai seorang pemimpin di lingkungan MUI Kecamatan Margomulyo, Saya menyadari bahwa tidak semua orang dapat menerima keputusan saya dengan lapang dada. Namun, saya percaya bahwa setiap kejadian yang terjadi pasti memiliki hikmah dan rencana yang telah ditetapkan oleh Allah.

Sesampainya di rumah, Saya segera mempersiapkan diri untuk menunaikan salat Asar. Dalam doa dan sujud saya, kembali mengingat betapa besar nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Meskipun perjalanan hidup ini tidak selalu mulus, saya tetap bersyukur dan meyakini bahwa segala sesuatu terjadi atas izin-Nya.

Setelah selesai menunaikan salat, saya pun membuka Al-Qur'an dan merenungkan ayat-ayat suci yang memberikan keteguhan hati dan keyakinan akan rencana Tuhan yang Maha Agung. Dengan jiwa yang tenteram, saya pun beristirahat, mempersiapkan diri untuk menghadapi hari-hari berikutnya dengan penuh semangat dan optimisme.

Setelah merefleksikan perjalanan hidup, Saya semakin yakin bahwa saya harus senantiasa berusaha membersihkan niat dari segala kepentingan pribadi. Sebagai seorang pemimpin di lingkungan MUI, saya sadar bahwa semua yang saya lakukan harus didasari oleh semangat pengabdian dan khidmah kepada jamaah semata.

Saya memahami bahwa dalam menjalankan tugas ini, ada kemungkinan untuk terpengaruh oleh ego dan keinginan pribadi. Namun, saya bertekad untuk senantiasa mengintrospeksi diri dan memurnikan niat agar semua tindakan yang saya ambil benar-benar demi kepentingan bersama dan kemaslahatan umat.

Dengan tekad yang kuat, saya mulai menyusun ulang prioritas dan tujuan hidupnya. memastikan bahwa setiap keputusan yang saya buat, setiap langkah yang di ambil, dan setiap upaya yang saya lakukan adalah semata-mata untuk berbakti kepada Allah dan memberikan yang terbaik bagi Jam'iyah yang saya pimpin.

Saya menyadari bahwa tidak mudah untuk selalu menjaga niat yang tulus dan bersih. Namun, saya yakin bahwa dengan senantiasa berdoa, introspeksi diri, dan berpedoman pada ajaran agama, saya akan mampu menjalankan amanah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.

Dalam keseharian, saya berusaha menjaga sikap dan perilakunya agar terhindar dari segala bentuk kepentingan pribadi. Saya selalu memastikan bahwa setiap langkah yang saya ambil dilandasi oleh semangat pengabdian dan kesungguhan dalam melayani Jam'iyah dan umat. Dengan tekad yang kuat, saya berharap dapat menjadi teladan anak cucu di kemudian hari.